Wisata Geotrek: Menyusuri Sejarah Bandung Purba

Jika kita naik ke menara Masjid Agung  yang terletak di alun-alun, kita dapat menyaksikan bahwa Bandung dan sekitarnya dikelilingi oleh gunung-gunung berapi, sehingga Bandung dan sekitarnya tampak seperti sebuah mangkok atau cekungan. Itulah sebabnya dataran tinggi Bandung sering juga disebut Cekungan Bandung.

Bandung dilingkung gunung

Bandung dilingkung gunung (doc. Asri)

Sampai sekarang, saya masih saja takjub, karena ternyata Bandung pada awalnya adalah dasar samudera dalam yang kemudian berangsur-angsur menjadi daratan. Pada kala Miosen itu terbentuklah gunung-gunung api baru, termasuk gunung api raksasa di sebelah utara yang disebut Gunung Sunda.

Bukti bahwa Bandung semula merupakan dasar samudera dapat dilihat di bagian Barat, tepatnya di daerah Cipatat. Di sini terdapat kawasan kars yang terbentuk dari sisa-sisa karang yang mengendap sempurna menjadi batuan gamping. Di sini juga pernah ditemukan sisa-sisa molusca, fosil ikan dan gigi hiu. Di salah satu bukitnya, yaitu Bukit Masigit, terdapat “taman batu” yang merupakan kumpulan batu gamping. Pemandangan di kawasan ini tampak begitu indah.

Keindahan salah satu bukit karst

Keindahan salah satu bukit karst (doc. Asri)


Danau Bandung Purba

Menarik juga sejarah penamaan kawasan-kawasan di Bandung. Ternyata ini berkaitan dengan keberadaan Danau Bandung Purba yang terbentuk setelah terjadinya letusan dahsyat Gunung Sunda. Saat itu material letusannya menutupi aliran Sungai Citarum Purba di cekungan Bandung sehingga membentuk danau yang sangat luas.

Sekitar 16.000 tahun yang lalu, air danau ini menyurut meninggalkan genangan-genangan air yang luas yang disebut ranca. Karena itulah di Bandung dikenal beberapa tempat dengan sebutan awal ranca, seperti Rancaekek, Rancabadak, Rancabolang, dan sebagainya.

Terbentuk pula beberapa lubuk yang agak dalam yang disebut leuwi. Sehingga beberapa daerah bekasnya masih disebut dengan awalan leuwi, seperti Leuwigajah, Leuwipanjang. Leuwianyar.

Selain itu ada pula genangan-genangan air berupa kolam yang disebut situ. Sehingga, banyak daerah di sekitar Bandung yang berawalan dengan kata ini, seperti Situsaeur, Situaksan, dan sebagainya. Sejarah yang menarik, kan? Sayang, semua itu kini tinggal menjadi nama yang hampir tidak menyisakan bekas.

Kehidupan Manusia Purba di Dataran Tinggi Bandung

Letusan Gunung Sunda diperkirakan terjadi dengan sangat dahsyat, mengubur kehidupan di seluruh kawasan ini. Sehingga tidak banyak ditemukan sisa-sisa purbakala yang dapat dijadikan bukti adanya kehidupan di masa itu. Tetapi, para ahli sejak zaman Belanda kemudian mendapatkan bukti-bukti yang ditemukan di daerah-daerah tepi Danau Purba, misalnya situs prasejarah Dago Pakar di sebelah utara. Di sini ditemukan artefak-artefak yang menunjukkan adanya kehidupan manusia di masa lampau. Selain itu, di sebelah Barat, daerah Cipatat, ditemukan situs Gua Pawon. Di gua yang terbagi menjadi kamar-kamar ini pernah ditemukan dua fosil manusia prasejarah beserta aneka macam perkakas dan senjata yang terbuat dari batu dan tulang.

Gua Pawon

Gua Pawon (doc. Asri)

 

“Wisata Geotrek”, Potensi Wisata Sarat Manfaat

Cekungan Bandung, dengan sejarah dan legenda yang melekat padanya, selama ini belum banyak dibahas sebagai pengetahuan yang penting diketahui oleh masyarakat. Situs-situs menarik yang berkaitan dengan itu juga belum diangkat menjadi objek wisata khusus.

Padahal masyarakat Bandung dan sekitarnya selayaknya mengenal kondisi geografis dan geologis tempat tinggal mereka. Selain sebagai pengetahuan sejarah dan kebudayaan, juga sebagai media pengenalan potensi alam di sekitarnya. Lebih jauh lagi juga untuk mengetahui potensi bencana yang mungkin terjadi di kawasan ini. Masih sedikit masyarakat yang sadar bahwa Gunung Sunda sesungguhnya masih tersisa dan masih berpotensi menimbulkan bencana alam.

Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB) yang dibentuk oleh para ilmuwan kebumian, antara lain T. Bachtiar, Budi Brahmantyo, Eko Yulianto, Johan Arief,telah bertahun-tahun mengadakan riset tentang Cekungan Bandung. KRCB juga aktif mengadakan kegiatan edukasi masyarakat, antara lain  melalui kegiatan ceramah di berbagai komunitas, juga penerbitan jurnal, catatan dan buku tentang Cekungan Bandung. Buku-bukunya yang sudah terbit antara lain “Bandung Purba” dan “Wisata Cekungan Bandung Purba”.

Selain itu KRCB juga aktif mengupayakan  agar keberadaan situs-situs purba mendapat perhatian khusus dari pemerintah, agar tetap terpelihara dengan baik, tidak mengalami kerusakan dan kehancuran. Ke depan KRCB berharap agar situs-situs purba ini mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai cagar alam dan budaya dunia.

Yang sangat menarik, KRCB juga aktif memfasilitasi  kegiatan “Wisata Geotrek”, yaitu kegiatan jalan-jalan menyusuri situs-situs purbakala. Dalam buku “Wisata Bumi Cekungan Bandung” dibahas beberapa alternatif jalur perjalanan yang dapat dilakukan hanya dalam waktu satu hari (one day excurse), yaitu antara lain:

 

Geotrek 1: Perjalanan di komplek Gunung Tangkuban Parahu.

Geotrek 2: Menyusuri Patahan Lembang dari G. Batu hingga G. Bukit Tunggul dan G. Palasari.

Geotrek 3: Menyusuri Sungai Cikapundung dari hulu di G. Bukit Tunggul hingga bermuara di Sungai Citarum.

Geotrek 4: Perjalanan di Cekungan Bandung terutama menyusuri garis pantai bekas danau sebelah utara.

Geotrek 5: Perjalanan ke arah selatan dari Cekungan Bandung mulai dari G. Sadu hingga Situ Patengan bekas kaldera gunung api purba.

Geotrek 6: Menyusuri pegunungan kapur antara Padalarang – Rajamandala, sebelah barat dari Cekungan Bandung, termasuk mengunjungi Gua Pawon

Geotrek 7: Menyusuri daerah bekas Danau Bandung sebelah barat dan proses bobolnya tanggul di Pasir Kiara dan Puncak Larang.

Geotrek 8: Menyusuri rangkaian bekas gunung tua mulai dari Pasir Salam hingga Gunung Halu yang menjadi pematang antara kedua Danau Bandung serta proses bobolnya danau di Curug Jompong.

Geotrek 9: Perjalanan di bagian timur Cekungan Bandung mulai dari Jatinangor, Gunung Geulis, Cicalengka dan Kendan. Kemudian dilanjutkan ke arah selatan yaitu Argasari, Cisanti (hulu S. Citarum), Perkebunan Teh Malabar, dan G. Puntang.

Sepanjang perjalanan menyusuri trek-trek ini, peserta dapat mengamati langsung berbagai objek menarik yang terkait dengan sejarah Bandung Purba, sambil mendapat penjelasan dari intepreter yang ahli di bidang ini.

Objek-objek ini sebagian besar terletak di kawasan hijau, seperti gunung, bukit, hutan dan jalur sungai. Dengan begitu, peserta dapat melakukan perjalanan sambil menikmati keindahan dan kesegaran alam di sekitarnya. “Wisata Geotrek” memang wahana edukasi sekaligus rekreasi yang menyenangkan.

Menarik bukan? Sekali-kali, bergabunglah dengan kegiatan wisata ini. Duduk-duduk di atas ketinggian bukit sambil membayangkan alam dan kehidupan di masa silam, akan menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan.

Geotrek menyusuri Citarum

Geotrek menyusuri Citarum (doc. Asri)


Tulisan ini disertakan dalam

“Kontes Blog #3TahunWB – Warung Blogger Peduli Potensi Daerah”

Tentang Asri Andarini

Asri Andarini, menulis catatan di blog, sebagai cara untuk mengikat kepingan makna yang dipungutnya dari semesta.
Pos ini dipublikasikan di Catatan Perjalanan. Tandai permalink.

20 Balasan ke Wisata Geotrek: Menyusuri Sejarah Bandung Purba

  1. Irma Irawati berkata:

    kabitaaa iih, Teh Asri 🙂 pengen ikut jalan-jalan menelusuri Bandung

    Suka

  2. Efi Fitriyyah berkata:

    Ih udah lama ga menyusuri alam. Kalau ga salah sekitar 2010an deh maen ke curug panganten. Sisanya udah enggak lagi. UDah lama ternyata. T_T

    Suka

  3. lieshadie berkata:

    Duh..jadi pengin kesana nih..

    Sukses ya ngontesnya..

    Disukai oleh 1 orang

  4. Susi berkata:

    Luarbiasa…. saya suka wisata alam dan baru tahu bahwa Bandung punya potensi alam yg luar biasa

    Suka

  5. bukanbocahbiasa berkata:

    Wohoooo… saya cuman sempat ke Gn. Tangkuban Perahu aja. Yang trek2 lainnya belum kesampaian. Hiks. Kapan2 deh, insyaAllah kalo ke Bdg lagi. Abiiisss, di Bandung banyak destinasi yang asik macam rumah sosis, floating market, dll. Hihihi… Salam dr Sby mak… Selamat ya jadi juara di kontes WB 🙂

    Suka

  6. Ninik Setyarini berkata:

    Selamat yaa Mbak sudah jadi pemenang, sukses terus 🙂

    Suka

  7. evrinasp berkata:

    Wah mak saya baru tau kalo bandung itu dasar samudra mak, bisa menjadi salah satu destinasi wisata nih, selamat ya mak menjadi salah satu pemenang

    Suka

  8. Budijanto Widjaja berkata:

    Mbak Asri, apakah dapat diinfokan jadwal acara Geotrek beserta contact personnya? Terima kasih.

    Suka

Tinggalkan komentar